Senin, 03 Desember 2012

MEI 1998


Setelah itu hanya beberapa menit para medis dating menghampiri aku, membawakan kereta dorongnya. Aku sudah bisa menebak berarti itulah saatnya aku harus berbaring di rumah sakit. Dokter berkata padaku kalau aku harus semangat,, untuk kata dokter yang ini aku tidak begitu paham dengan maksudnya? Aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Papa dan mama aku hanya terdiam membisu, disaat yang bersamaan dokter berkata kepada papaku kalau aku harus tahu yang sebenarnya, aku heran apa yang tidak aku ketahui bukannya papa aku selalu jujur kepada aku.

Saat itu Rora dating dan papa meminta Rora yang bicarakan semua. Kali ini Rora menangis seperti hari ini melihat diriku yang etrakhir. Dia berkata dalam pelukan aku, bahwa penyakit yang aku derita ini tidak adapat disembuhkan karena sudah stadium akhir. Tanpa aku rasa aku mengis saat aku tatap kedua orang tua aku dan saat aku menatap Rora. Akumengucapkkan kata maaf untuk papa aku yang slalu ada buat aku dan mama aku yag telah melahirkan aku dan merawat aku. Serta sahabat special aku yang slalu ada buat temen aku yaitu Rora.

Saat aku di kemo aku hanya berdo’a semoga penyakit ini mengalami kebaikan tidak keburukan. Aku berjuang dalam tidur aku, dan aku berjuang dalam do’a aku. Saat merasa sakit aku tidak mengeluh sepeti biasanya ke dokter. Dan aku percaya bahwa diriku masih bisa hidup. Roar yang melihat aku hanya bisa memberikan semangatnya untuk aku, mama papa aku juga demikian. Aku slalu berdo’a hingga dokter mengatakan aku mengalami kemajuan, yaitu leokimia aku sudah agak membaik, tidak mengalami stadium akhir lagi. Hal itu membuat aku merasa bahagia atas perjuangan aku yang slalu tepat waktu dalam minum obat, dan ketelatenan aku mengikuti terapi.

Papa aku memberikan aku hadiah jalan – jalan ke suatu tempat yang paling ingin aku kunnjungi, aku berkata bawa aku ke taman yang ada di komplek ini saja. Mereka menuruti aku, kami menggelar tikar dan makan – makan bersama, tertawa bersama dan take picture together. Tapi saat kami masih bahagia – bahagianya, tiba – tiba aku pusing dan hidungku mengeluarkan darahtanpa etrasa aku pingsan.

Aku tersadar saat aku telah berbaring di rumah sakit. Aku dalam keadaan yang sangat lemah, aku sempat membuka mataku dan hanya melihat kedua orang tua aku menangis dan melihat Rora menangis. Saat yang bersamaan ada seorang yang memakai baju putih dia berwajah tampan, dia mengajak aku pergi, aku berpikir dia adalaha malaikat yang menjemputku. Tatpi tidak hany disitu aku bberjuang aku berjuang emlawan rohku sendiri yang ingin ikut dengan orang tampan itu. Tetapi aku sudah tidak kuat dan aku mohon kepada orang tampan itu aku ingin menyampaikan kata – kata terakhir yang berarti untuk orang tuanya.

Aku berkata kepada mama dan papa aku agar mengabullkan satu permintaan Rora yang mulia itu. Dan aku juga meminta aku agar aku dikembalikan seperti aku dilahirkan, dan aku juga mengucapakan sampai jumpa kepada mereka semua. Aku melihat dengan rohku dan orang tampan itu bahwa mereka menangisi aku dan membanting – banting badan aku tapi aku hanya terbujur kaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar