Dia terlahir dari keluarga kecil yang penuh dengan
kesabaran,dan dia akhirnya tumbuh sebagai anak yang penyabar pula,dia
bersekolah setiap harinya berangkat jam lima tiga puluh dan dia bersama
temannya terus mengayuh sepedah buntutnya dengan penuh semangat hanya untuk
duduk di kelas yang mereka impikan,meski ada jalan yang kurang layak untuk di
lewati dia dan temannya mengabaikannya.
Seusai sekolah dia dan teman temannya pulang melewati
jalan yang telah di lewatinya tadi dengan terik matahari yang tidak henti
membakar tubuhnya dengan itulah dia semakin bersemangat untuk sampai ke rumah
untuk bersalaman kepada ibu tercinta dan
membantu ibunya menjual gorengan di depan rumah kumuhnya,meskipun begitu dia
tidak lupa dengan kewajibanya sebagai seorang muslim, yaitu sholat.
Setelah sholat dia langsung melahap nasi yang sebelumnya
telah di baluri oleh sambal,empat piring adalah yang wajib di konsumsi setiap
sepulang sekolah,keluarganya tidak kaget karena sudah menjadi kebiasaan
dia,sehabis makan dia harus mengepel musholla yang ada di samping rumahnya,ini
pun menjadi kebiasaan dia juga,
Dia adalah anak ke tiga dari lima bersaudara tapi dia
adalah anak yang paling di sayangi oleh ibunya tapi sayangnya dia tidak pernah
bertemu ayahnya karena ayahnya telah tiada,dia pun sabar menjalani hidup ini
meskipun tampa ada seorang pemimpin di dalam rumah,dia hany memiliki ibu yang
selalu dia sayangi seperti ibunya yang selalu menyayanginya,
Malampun tiba di tengah anak anak seumurannya terlelap
tidur dia belajar dengan di temani oleh ibu tercintanya dan lampu gas yang
terkadang padam terkena hembusan angin malam,meskipun terkantuk kantuk mendera
dia tetap menatap buku pelajarannya,hingga ibunya terlelap tidur di
sampingnya,dia pun menyusul ibunya dan bertemu hari esok yang terang.